Palembang:
Prestasi atlet Indonesia boleh diacungi jempol. Data terakhir, perolehan medali mencapai 60 emas, 48 perak dan 38 perunggu. Jauh di atas perolehan medali Thailand yang hanya 35
emas, 27 perak, dan 36 perunggu. Atau Vietnam dengan 27 emas, 29 perak, dan 35 perunggu.
emas, 27 perak, dan 36 perunggu. Atau Vietnam dengan 27 emas, 29 perak, dan 35 perunggu.
Kejayaan menjadi juara umum saat menjadi tuan rumah sebelumnya, yakni pada 1979 (92 emas), 1987 (183),dan 1997 (194) sudah di depan mata.
Paling tidak dibanding posisi Thailand yang menjadi juara umum dua kali berturut-turut 2007 dan 2009 atau Vietnam yang menjadi runner up pada Sea Games 2009, Indonesia sudah di atas angin.
Hanya saja penyelenggaraan di lapangan di Kompleks Jakabaring Sport City (JSC) kian hari kian ruwet. Prestasi dan kondisi di seperti berbanding terbalik dengan penyelenggaraan. Sementara dampak pemberdayaan ekonomi kerakyatan telah diupayakan.
Persoalan transportasi kian ribet. Sepeda yang disiapkan bagi atlet dan official seperti menghilang dan jadi barang langka. Becak yang juga disiapkan gratis, terlihat banyak terparkir di beberapa titik, terkunci dan tak ada pendayungnya.
Juga kendaraan menggunakan bahan bahan bakar minyak (BBM) yang mestinya tak boleh operasional di dalam lokasi yang mengusung tema go green, justru berseliweran. Dipastikan ditumpangi tamu-tamu VIP maupun VVIP.
Angkutan shuttle bus cukup memberikan solusi, namun penggunaannya tak maksimal. Penumpang hanya dapat naik-turun dari pintu di dekat sopir yang ukurannya tak memadai. Sementara pintu samping yang lumayan lebar tak bisa digunakan. Soalnya, penggunaan pintu tersebut mestinya berpasangan dengan shelter (pemberhentian bus). Sementara di lokasi JSC tak tersedia shelter. Akibatnya, setiap naik dan turun, penumpang harus antre melewati satu pintu di depan.
Juga larangan merokok selama di lokasi JSC sepertinya hanya menjadi slogan semata. Di beberapa tempat, terlihat perokok menikmati asapnya dengan santai. Memang ada larangan di pintu masuk, namun masih banyak lolos membawa rokok dan korek api.
Termasuk persoala kebersihan. Dalam tinjauan ke lokasi pertandingan, Walikota Palembang Eddy Santanaputra masih mendapati sampah sisa makanan dan minuman berserakan di sekitar lokasi Gedung Sriwijaya Promotion Center (PSC), tempat berlangsungnya pertandingan sepak takraw.
Begitu juga di saluran drainase di stadion atletik yang tampak dipenuhi sampah,baik kotak makanan, cangkir,maupun botol plastik minuman.
Kebersihan tribune JSC penonton pun dinilai tidak terjaga dengan baik. Selain tempat duduk dari beton yang kotor oleh pasir dan tanah, juga banyak sampah berhamburan dan sepertinya area itu tidak pernah disapu beberapa hari.
Kebersihan tribune JSC penonton pun dinilai tidak terjaga dengan baik. Selain tempat duduk dari beton yang kotor oleh pasir dan tanah, juga banyak sampah berhamburan dan sepertinya area itu tidak pernah disapu beberapa hari.
Diakui Eddy Santana, berdasarkan pengamatannya, masih banyak sampah di area Jakabaring, terutama di venue atletik, karena adanya kesalahpahaman pembagian petugas kebersihan di lokasi itu. Para petugas mengira hanya bertugas membersihkan area luar venue atletik. “Para petugas kebersihan ini katanya tidak diizinkan masuk ke venue untuk membersihkan lokasi di dalamnya.Tadi sudah disampaikan,mereka bersedia bertugas di dalam. Jadi, tidak ada masalah,” kata Eddy.
Eddy mengimbau seluruh masyarakat,termasuk para pedagang di kawasan Jakabaring, turut mendukung usaha pemerintah dan panitia dalam menyukseskan pelaksanaan SEA Games.
Tidak hanya itu, Eddy meminta petugas membersihkan tower lampu untuk penerangan venue atletik yang terlihat kotor oleh tanah.
Penanggung jawab venue atletik Suhaily Syam mengaku, tribune penonton rutin dibersihkan dengan disapu dan disemprot air tiga kali sehari .Hanya, seusai pertandingan, lokasi kembali kotor oleh sampah yang dibuang penonton. “Memang kesadaran warga yang masih sangat kurang,”tukasnya.
Suhaily menambahkan, pada awalnya lokasi tribune memang sempat tidak dibersihkan. Itu karena para relawan kebersihan tidak menjalankan tugasnya, hanya menonton pertandingan. “Hingga kini para petugas kebersihan tidak dipakai lagi, kami justru mendatangkan 11 petugas kebersihan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumsel,” ujarnya.
Suhaily menambahkan, pada awalnya lokasi tribune memang sempat tidak dibersihkan. Itu karena para relawan kebersihan tidak menjalankan tugasnya, hanya menonton pertandingan. “Hingga kini para petugas kebersihan tidak dipakai lagi, kami justru mendatangkan 11 petugas kebersihan dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumsel,” ujarnya.
Tri sukses, memang sepertinya menjadi beban yang sulit dicapai. Prestasi sudah kewajiban, penyelenggaraan harusnya memberikan kepuasan kepada 11 negara peserta. Sukses pemberdayaan ekonomi kerakyatan biasanya akan mengikuti kalau semuanya diupayakan maksimal. Semoga semuanya bisa diraih. (sh/muhamad nasir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar dan tanggapan Anda, terima kasih