Palembang:
Sumbangkan emas pertama di menembak nomor 25 standar men individual, Anang Julianto kembali menargetkan satu emas di spesialisnya Centre Fire 25 m.
Berpangkat Bripka, Anang yang anak petani di Jember ini awalnya tak pernah terpikirkan akan menjadi atlet menembak. Usai menamatkan STM Pertanian di Jember, anak ketiga dari Sembilan bersaudara ini hanya bercita-cita menjadi petani.
“Saya sederhana saja mas, mau jadi petani. Makanya saya pun masuk sekolah pertanian. Namun, ternyata nasib berkata lain. Saya diterima jadi Polisi,” ujarnya usai mempersembahkan emas bagi negerinya.
Setelah jadi polisi pun, awalnya tak terbayangkan bisa ikut menembak. Sampai kahirnya 2006 lalu diundang Perbakin untuk laltihan menembak. Dan, akhirnya menciptakan berbagai prestasi hingga di Kapolri Cup dan even-even lainnya.
Sea Games di Laos , sebenarnya dirinya sudah berada pada posisi yang memungkinkan bisa merebut emas. Namun tiba-tiba dia mendapat sms dari istrinya, Dwi Suryani yang sedang kebingungan karena putrinya, Dian Rahmalia (3,5) sakit leukemia dan dalam kondisi kritis.
Sebelum berangkat memang putrinya sakit, namun belum terdiagnosis kalau menderita leukemia. Mendapat sms, dia pun menghentikan perlombaan. Sesampai di Indonesia, putrinya masih tertolong. Sempat dirawat selama 4 bulan di RSCM. Meskipun akhirnya tak tertolong lagi.
Kini, Anang sudah punya putri pengganti sang sulung yang telah mendahului, Ratih Yuliani. Selama ini, Anang mengaku spesialis di nomor Center Fire 25 meter. Karenanya, dia yakin bisa kembali menorehkan prestasi .
Soal bonus sebesar Rp 200.000 bagi atlet peraih emas, lelaki kelahiran 12 Desember 1976 dan memiliki tinggi mencapai 176 cm ini tak akan melupakan bahwa uang tersebut akan disumbangkan sebagian. “Ada hak orang-orang tak mampu di dalamnya,” ujarnya tegas. (sir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis komentar dan tanggapan Anda, terima kasih